27 Juni,2013
“Dalam kelas ini kita
semua sama, tanpa kelas,ordo,dan family, tepatnya tanpa hierarki, bahwa kau
adalah si dan aku adalah sang”.
Itulah sajak suci pembukaan
dari kelas sastra yang kami buka di sebuah rumah yang telah menjadi kerajaan
dari ares dan nol. Kerajaan yang penuh dengan dinamika peradaban kota daeng,
kerajaan dengan langit-langit yang telah berkorosi, yang terkadang mulai
berjatuhan puing-puing benih korosi, bak tetesan air mata curahan hati lelaki
tua, dengan isyarat bahwa aku telah tua dan takkan lama lagi bertahan sebelum
kalian membenahiku. Kerajaan ini bukanlah sebuah kerajaan dengan ribuan dayang
istana, atau budak-budak pembersih bekas
kaki. Sebab, dikerajaan ini, tidak pernah menciptakan budak dan majikan. Alasan
itu pula kerajaan ini tidak dibenahi, karena kerajaan ini tak berlimpahan harta
yang menjadikan tamak, sebab kami semua bahagia dengan kesederhanaan.
Dimalam sakral yang
penuh dengan gejolak ingin tahu dan kerelaan berbagi. Kelas dimana kami tak ada
yang digurui dan tak ada yang menggurui, dengan laskar empat orang. Aku, dengan
beribu dilema yang menghujani, tentang skill yang saya eksplorasi, Adam dengan
gilanya dalam kehidupan bomber meski baru sebentar mengarungi dunianya, tapi
penuh dengan kegilaan, Ares dengan hobinya membaca dan menulis, bahkan tiap
mendapatinya dominan dengan dua kegiatan itu, dan yang terakhir adalah Nol,
sangat sulit menebak dunianya sebab semua dunia adalah dunianya cermatku, eh
kecuali tentang pengisian ulang kode voucher.Ups, maaf lupa .
Ini adalah kelas sastra perdana kami, yang
kami namai dengan “minor ke mayor” sebab, imaji-imaji kami yang dahsyat sangat
jauh membawa kami menyebrangi dunia utopia-utopia. Oleh imaji-imaji itu pula,
yang menguatkan kami dalam perang didunia yang tidak sedang baik-baik saja ini.
Dunia yang penuh dengan kebahagiaan bagi yang tidak pernah dilahirkan, dunia
yang dimana distro menyimpang dari filosofinya dan bermetamorfosis menjadi
simbol kekayaan. Dunia yang akan lebih kritis bahkan fatal, jika kita tidak
pernah melangkah ke dimensi revolusi.
*sebuah catatan dari la Menturu yang tak sengaja kutemukan dalam laptop yang baru kembali dua hari yang lalu. we miss u :)
0 komentar:
Posting Komentar