Beberapa
bulan yang lalu aku di beri ultimatum sama bapak “pokoknya kamu harus
pulang,tidak mau tau pokoknya kamu harus pulang.ok”kata bapak di telpon waktu
itu, dan kalau sudah begitu, apapun bacot yang aku keluarin pasti tidak mampan,
waduh......bagaimana mau pulang kampung???membayangkannya saja ngeri campur
nyeri, mending uang bulananku di tahan deh..,bayangin aja..aku yang pada waktu
itu menyandang status sebagai penderita maag kronis di paksa pulang kampung,
dari makassar k Bau-bau sendirian dan bapakku yang galaknya minta ampun akan
menjemputku di Bau-bau, tragis.....semuanya bikin merinding, kenapa bukan mama
saja??? Pasti bapak nanya macam-macam ke aku...atau mungkin aku langsung di
cekik...hiiii....maklum dari dulu dalam keluargaku kalau ada yang sakit malah
yang sakit tuh yang di salahkan duluan, katanya tidak hati-hati dan tidak bisa
menjaga diri.
Pesawat
mendarat dengan sukses di bandara Bau-bau, aku turun dari pesawat yang membawaku
itu, berjalan, lalu berhenti sebentar menoleh ke belakang, ku perhatikan badan
pesawat yang membawaku itu dri kejauhan, lebih cocok jadi pesawat doraemon,
kecil untung tidak dekil..., kembali kulanjutkan langkahku, kulihat di luar
pagar bapak dan kedua adikku (kiki dan dio) melambaikan tangan mereka sambil
memanggil-manggil namaku “”eka, eka.....!!!”, aku pura-pura tidak melihat dan
diam-diam membaca mantra agar tak pecah perang antara aku dan bapak. Akhirnya
dengan jiwa patriot ku hampiri mereka, ku cium tangan bapak kemudian memeluk
kedua adikku. Huhh...untung perkiraanku meleset...tak ada tanda-tanda terjadi
tsunami di wajah bapak. Syukurlah...karena tak ada persiapan mitigasi yang
tepat juga dariku.
Kami
menaiki mobil om kasri menuju hotel, om yang wajahnya mirip sekali dengan
bapak. Sampai di hotel kami keluar lagi mencari makan. Ku perhatikan dio yang
dari tadi sibuk bertanya ini itu pada bapak, ya ampuunn....dia memakai sendal
jepit yang pinggirannya di ukir-uikir, persis seperti bekas gigitan tikus.
Belakangan aku tau dari mama kalau dio sendiri yang mengukir sendalnya, dan
konon cerita dia tidak mau menukar sendalnya dengan sendal sebagus
apapun(hhahahahha...).
Sorenya
kami ke dokter praktek memeriksa kesehatan kiki, seperti biasa, dio selalu sibuk,
lompat kiri kanan dan bertanya hal-hal yang tidak masuk akal, bedanya, kali ini
dia bertanya kepadaku. Akhirnya pertanyaanya habis, dia mendekati bapak yang
sedang duduk mengantri bersama perempuan-perempuan yang juga mengantri.“pa,
kumismu sudah panjang tuh..ada rambut putihnya lagi” celetuk Dio dengan wajah d
buat-buat seolah-olah jijik sambil
menunjuk ke arah rambut yang bergelayut manja di antara bibir dan hidung bapak
sontak bapak kaget dan malu sebab semua perempuan yang berjejer d samping bapak
langsung memperhatikan tingkah Dio, mukanya merah padam, refleks dia menyentil
telinga Dio, Dio manyun saja kena sentil, bibirnya maju entah berapa centi, dua
makhluk ajaib ini memang paling suka berantem sejak dulu. aku pura-pura tidak melihat saja. Malam harinya kami
berangkat dari bau-bau menuju tomia(kampung halamanku).
Di
kampung hari-hariku dihabiskan dengan pergi ke tukang pijat. Badanku berubah
dari kaku menjadi babak belur efek dari pijatan. Hari itu aku duduk bengong di
ruang tamu sendirian, adik-adikku ke sekolah semua, tiba-tiba Dio muncul, dia
berlari-lari kecil masuk rumah dengan seragam sekolahnya. “ma, aku pulang.....!!!”, teriaknya pada ibu
yang sedang sibuk bersih-bersih, aku di cuekin saja tuh tidak di sapa. Kulihat
dia buru-buru mengganti seragam sekolahnya kemudian keluar lagi. Selang
beberapa menit datang temannya. “kakaknya Dio ya??saya di suruh bu guru untuk
mencari Dio, tadi dia kabur dari kelas” kata anak kecil itu.“ma,
Dio bolos tuh tadi ”, ada temannya cari nih”, teriakku, setelah anak kecil itu
pergi aku cengengesan sendirian mengingat Dio, awas saja kalau dia pulang.
Aku terus mengawasi pintu sambil berharap Dio segera muncul, yahh...akhirnya dia datang juga,
Aku terus mengawasi pintu sambil berharap Dio segera muncul, yahh...akhirnya dia datang juga,
“adek, tadi ada yang nyari kamu tuh, katanya
kamu bolos,benar ya??” gertakku pada Dio,“tidak,
tadi kita sudah di suruh pulang kok sama bu guru” katanya mengelak sambil
memasang wajah tak berdosa,“aku
laporin mama ya,ma....maama”.“ok,
wa Lombe...”Dio mengejekku, menjulurkan lidahnya kemudian memakai seragamnya
dan bergegas ke sekolah. Hahhh???aku di panggil wa lombe??dapat di mana istilah
itu? Perasaan istilah yang lagi tenar sekarang tuh wa love dehh...!!
Sorenya nenek datang ke rumah, melapor bahwa Dio sama temannya main seharian di belakang rumah nenek sampai bel pulang. Dio kena damprat habis-habisan dari mama sore itu.
Sorenya nenek datang ke rumah, melapor bahwa Dio sama temannya main seharian di belakang rumah nenek sampai bel pulang. Dio kena damprat habis-habisan dari mama sore itu.
Sebentar
lagi liburku usai. Sudah 3 hari aku rutin di suntik dan hari ini adalah jadwal
aku harus di suntik lagi. Ngerii...tapi biar kuat kata mama,aku ikut saja. Jam
8 malam aku dan mama kembali ke rumah, aneh...Dio sudah tidur, sangat pulas
malah...biasanya kan jam segini jadwal dia gangguin kakak-kakaknya.“tumben
Dio sudah tidur pa??”tanya mama heran “dia
nangis tadi habis ku cabut giginya”sahut bapak sambil asik menghabiskan
rokoknya “hahhh???gigignya
kan baru goyang sedikit pa..” mama kaget “masa
di tanya 7+7 jawabnya 9, trus 7-7 juga sembilan 9 di suruh hitung ulang sampai
3 kali tetap saja jawabannya 9, bego sekali tuh anak” ujar bapak kesal. Aku
masuk kamar sambil tersenyum geli mendengar cerita bapak.
Esoknya
bapak mengajak Dio jalan-jalan sebagai permintaan maafnya atas kejadian
semalam, kebetulan hari itu juga Dio libur akhir pekan. Dio sibuk milih-milih
pakaiannya, entah sudah berapa kali ganti, tiba-tiba dia berteriak dari ruang
tamu “atau aku pakai 2 sekaligus saja ya celana baruku??”. Kemudian Dio lari
menghampiri bapak yang sudah menunggunya d depan rumah
“astaga
Dio..di buka satu celananya” ibu berlari kecil dari dapur mengejar Dio
Sayang
sekali, bapak yang tidak memperhatikan Dio langsung tancap gas, jadilah sudah
sore itu adikku yang memakai celana panjang dan puntung jeansnya sekaligus di
gonceng oleh bapak yang pakai celana boxer pink keliling kampung.
0 komentar:
Posting Komentar