Senin, 27 April 2015

Titin dan Tanaman

“Ditatap oleh gebetan itu rasanya seperti  makan ikan bakar pake timun, rasanya sueedappp sekali! Tapi ditatap terus-terusan,keterusan itu rasanya seperti mau berak tapi diliati terus jadinya batal keluar, tidak enak sekalia!”

Saya pada akhirnya datang juga ke kos titin karena telat datang bulan yang membuatku beberapa hari belakangan jadi sering uring-uringan, sementara saya tau, stress akan membuat bulan semakin enggan untuk berkunjung. Walhasil, jadilah sore 4 hari yang lalu saya ke kos titin. Hasilnya memuaskan, pada sore hari saya akhirnya datang bulan. Jadi, bagi kalian yang telat datang bulan, datang saja ke kos titin, itu adalah obat yang mujarab dan sudah saya buktikan sendiri.

Kamarnya di urutan pertama jejeran kamar sebelah kanan rumah(sebelah kirimu kalo menghadap rumah).  Kamar berukuran 4x3 meter. Tepat didepan kamar ditanami berbagai macam tanaman yang dari hasil kepoku saya tahu tanamannya adalah tanaman obat dan pangan. Ada yang langsung di atas tanah ada juga yang pakai media pot gantung. Semuanya dalam keadaan baru tumbuh dan masih rawan mati.

Mungkin karena baru tumbuh hingga pemiliknya sangat protektif.  Maka saking protektifnya, tanaman tak pernah kekurangan siraman, baik siraman air, pupuk, dan tatapan dari pemiliknya. Air dan pupuk saya tau manfaatnya, bisa menyehatkan tanaman yang sedang dalam masa pertumbuhan. Tapi tatapan, apalagi yang berlebihan, saya tak tau, “Ditatap oleh gebetan itu rasanya seperti  makan ikan bakar pake timun, rasanya sueedappp sekali! Tapi ditatap terus-terusan,keterusan itu rasanya seperti mau berak tapi diliati terus jadinya batal keluar, tidak enak sekalia!”

Kami menghabiskan sore didepan kamar, bercerita sambil macalla’. Saya diatas para-para, dan titin diatas kursi menghadap tanaman dengan mata yang tak pernah lepas dari mereka, bisa saya tebak dari arah pembicaraan yang sejauh manapun berputar akan berujung pada kalimat ide pembuatan pagar yang melindungi tanaman dari ayam yang kerap mondar-mandir didepan kamar. Saya sendiri gemas pada ayam-ayam itu yang untung saja mereka tak lewat didepan kamarku(saya punya bumbu dapur yang lengkap untuk mengopor ayam).

Acara rumpi kami diluar kami pindahkan kedalam kamar karena nyamuk dan malam yang makin larut. Namun, Sebelum masuk kamar, terjadilah sebuah insiden tidak mengenakkan,  pohon tomat yang mulai tinggi, patah. Dan itu membuat titin histeris tiba-tiba.  Dia bertanya “kenapa bisa patah?” saya menggeleng dan nyaris saja menjawab, mungkin dia malu ditatapi terus.

Kesokannya, saya kaget dari tidur sambil mencari-cari titin yang ternyata kudapati didepan kamar sedang main laptop, duduk menghadap tanaman yang tentu saja  sambil menatap mereka. Saya duduk dipintu sambil makan. Bercerita sebentar sebelum akhirnya titin pergi mandi, dan wasiat terakhir sebelum dia mandi adalah “bantu kag liatliat tanaman nah!”. “ho’oh” sahutku sambil mengajak tanaman bicara(dalam hati ji!), titin boleh pergi, tapi matanya dititip disaya, kalian tetap diawasi.


0 komentar:

Posting Komentar