Minggu, 09 Juni 2013

Tentang Ke-Gilaan Peradaban




            Saya tidak tahu mesti bagaimana lagi mencerca peradaban ini. Saya sudah sangat muak dengan apa yang saya temui sehari-hari.  Setiap lansekap, hanya ada tanda tentang masyarakat yang kian sakit dengan kegilaan konsumsinya. Tak hanya pembelian barang dengan jumlah yang tinggi, tapi penyakit ini seakan telah bertransformasi pada sisi ketaksadaran diri pada setiap orang. Jujur, saya begitu sedih dengan kegilaan ini. Sebuah kegilaan yang hanya akan berakhir jika semua ini kita ratakan dengan tanah.

            Kadang-kadang saya merasa, menjadi pasif merupakan pilihan yang tepat, ketimbang harus mendapatkan diri dalam kondisi paling terasing dalam ekstase perjuangan melawan kapitalisme yang kadang-kadang terdengar seperti banyolan iklan pemutih kulit, paling tidak menurutku. Orang-orang yang saya sayangi terlampau sibuk bekerja untuk sesuatu yang mereka tidak butuhkan.


            Bagi saya, sekarang kerja tak lagi untuk menyemangati kehidupan personal, tetapi jauh disana, kerja sudah mentransmisikan dirinya menjadi sesuatu yang harus dan tak boleh ditinggalkan. Begitulah Kerja,  pilihan-pilihan atas dunia dibuatnya menjadi kian sempit, sebaliknya; jika berkonfrontasi dengannya, maka bersiaplah untuk tersungkur , miskin dan kelaparan. 

            Benar, Peradaban sangatlah pelik untuk dilihat secara jernih. Walaupun pada dasarnya peradaban tak memiliki satupun komposisi yang higienis untuk menjadi acuan. Peradaban itu syarat dengan Kepentingan, olehnya; Tak ada sesuatu yang netral didalamnya.

            Bagi beberapa orang, peradaban modern tampak sebagai sesuatu yang sangat kolosal, melibatkan banyak sisi, dan cenderung mempersenjatai dirinya dengan banyak cara. Saya tak berkelik-tetapi melibatkan diri dalam upaya mengakhiri peradaban ini bukanlah pilihan-pilihan yang mudah. Butuh  persatuan kemarahan yang tak tak lagi terdefinisi oleh angka dan statistik.

            Yang patut kita catat bersama pula bahwa, peradaban jugalah yang telah meng-abolisi umur dunia menjadi sedemikian singkat. Dunia yang kita tinggali saat ini telah mengalami kerusakan parah akibat ganasnya mesin-mesin raksasa tambang mengeruk perut bumi. Hutan-hutan telah disergap menjadi Pusat bisnis dan Properti, Lautpun demikian, Resort-Resort Wisata dibangun dan Pengaplingan Wilayah laut berkedok kelestarianpun diberlakukan. Masihkah kita tak merasa bahwa semua aspek dari kehidupan kita telah dikuasai oleh Mesin jahanam ini? 


0 komentar:

Posting Komentar