Saya
tidak tahu mesti bagaimana lagi mencerca peradaban ini. Saya sudah sangat muak
dengan apa yang saya temui sehari-hari.
Setiap lansekap, hanya ada tanda tentang masyarakat yang kian sakit
dengan kegilaan konsumsinya. Tak hanya pembelian barang dengan jumlah yang
tinggi, tapi penyakit ini seakan telah bertransformasi pada sisi ketaksadaran
diri pada setiap orang. Jujur, saya begitu sedih dengan kegilaan ini. Sebuah
kegilaan yang hanya akan berakhir jika semua ini kita ratakan dengan tanah.
Kadang-kadang
saya merasa, menjadi pasif merupakan pilihan yang tepat, ketimbang harus
mendapatkan diri dalam kondisi paling terasing dalam ekstase perjuangan melawan
kapitalisme yang kadang-kadang terdengar seperti banyolan iklan pemutih kulit,
paling tidak menurutku. Orang-orang yang saya sayangi terlampau sibuk bekerja
untuk sesuatu yang mereka tidak butuhkan.
Bagi
saya, sekarang kerja tak lagi untuk menyemangati kehidupan personal, tetapi
jauh disana, kerja sudah mentransmisikan dirinya menjadi sesuatu yang harus dan
tak boleh ditinggalkan. Begitulah Kerja,
pilihan-pilihan atas dunia dibuatnya menjadi kian sempit, sebaliknya;
jika berkonfrontasi dengannya, maka bersiaplah untuk tersungkur , miskin dan
kelaparan.
Benar,
Peradaban sangatlah pelik untuk dilihat secara jernih. Walaupun pada dasarnya
peradaban tak memiliki satupun komposisi yang higienis untuk menjadi acuan.
Peradaban itu syarat dengan Kepentingan, olehnya; Tak ada sesuatu yang netral
didalamnya.
Bagi
beberapa orang, peradaban modern tampak sebagai sesuatu yang sangat kolosal,
melibatkan banyak sisi, dan cenderung mempersenjatai dirinya dengan banyak
cara. Saya tak berkelik-tetapi melibatkan diri dalam upaya mengakhiri peradaban
ini bukanlah pilihan-pilihan yang mudah. Butuh
persatuan kemarahan yang tak tak lagi terdefinisi oleh angka dan
statistik.
Yang
patut kita catat bersama pula bahwa, peradaban jugalah yang telah meng-abolisi
umur dunia menjadi sedemikian singkat. Dunia yang kita tinggali saat ini telah
mengalami kerusakan parah akibat ganasnya mesin-mesin raksasa tambang mengeruk
perut bumi. Hutan-hutan telah disergap menjadi Pusat bisnis dan Properti,
Lautpun demikian, Resort-Resort Wisata dibangun dan Pengaplingan Wilayah laut
berkedok kelestarianpun diberlakukan. Masihkah kita tak merasa bahwa semua
aspek dari kehidupan kita telah dikuasai oleh Mesin jahanam ini?
0 komentar:
Posting Komentar