Selasa, 23 Desember 2014

mereka bilang, saya Islam!

"orang yang tak bergetar lagi hatinya ketika mendengar suara azan berarti tuhan telah membatukan hatinya", kata uztadku yang mengutip dari salah satu ayat dalam Al-qur'an, saya lupa nama suratnya tapi kurang lebih begitulah maknanya. bertahun-tahun yang silam. saya yang kala itu dibesarkan dilingkungan pesantren, selalu tak alpa mendengar nasehat ustad yang mengajar di dua kelas sekaligus karena madrasah kami kurang tenaga pengajar.cuma dia satu-satunya, kalupun berganti, maka yang datang hanya satu pula, begitu seterusnya sampai kerusuhan di kampung yang kini sudah menjadi ibu kota propinsi Maluku Utara itu menggusur kami,(perang saudara antara dua pemeluk agama berbeda pecah dan merebak, menjalar hingga ke kampung-kampung yang berpenghuni beda agama). nasehat itulah yang paling membekas.


"orang yang tak bergetar hatinya melihat pelanggaran HAM di mana-mana adalah orang yang batu hatinya". Tuhanmukah yang membatukannya? saya yakin tidak, baiklah, Tuhan kalian yang kalian kenal lewat PHB orang tua turun temurun tanpa di periksa kebenarannya itu, setahu saya tak pernah memberi perintah untuk mengabaikan sesama. beruntunglah mereka yang bertetangga dengan umar bin Khattab yang takkan dibiarkannya lapar dan tidur tak berselimut. ustad saya juga berkata demikian kok.samakah Tuhan kita? entahlah, yang saya yakini adalah, kadar keimanan dan ketuhanan hanya bisa di ukur oleh Tuhan,itu urusan Tuhan. dan benar saja, hambanya cuma bisa saling menghakimi. tapi boleh jadi, Tuhan saya beda dengan yang kalian sembah di tengah ketergesaan antara ibadah atau kerja bahkan hal sepele yang di primerkan, pamer ibadah atau update status di medsos.

kita sama-sama mengenal tuhan karena di comblangkan orang tua. maka benarlah yang tertulis dalam Al-qur'an, yang menjadikan seorang anak majusi atau nasrani adalah orang tuanya. tapi, itu berlaku jika anaknya tak pernah sedikitpun memeriksa dan mempertanyakan kebenaran yang di sodorkan kepadanya. bukankah kebohongan yang dikatakan berulang-ulangpun akan menjadi kebenaran suatu ketika?

AGAMA, satu hal yang paling sensitif di masyarakat. senggol sedikit benjol, padahal Tuhan dengan ke-Maha(an)nya tak butuh kita bela.

saya menyukai warna hitam. senang sekali rasanya diberi bekal sarung hitam ketika pulang kampung. komentar dari tante apa? "hei, sarung nasrani". haduh, sama halnya dengan ketika seorang kawan yang pada waktu itu berkenalan dengan adikku dan dia berkata ketika ditanyai nama bahwa "saya adalah tuhan", spontan adik saya membalas "kamu kristen ya?". atau sebuah istilah yang merebak dikampung "te pake nu sarani" segala hal yang berkaitan dengan amoral selalu dikaitkan dengan agama sebelah.

gosip menyebar dimana-mana bahwa sebentar lagi dia akan pindah agama ketika seorang kawan berani membuat pilihan untuk menjadi transgender. sekampung mengoloknya, mencemooh, saya yakin akan ada yang berani meludahi mukanya karena masyarakat sudah terlebih dahulu melist namanya sebagai salah satu penghuni neraka. sekali lagi, na'udzubillahiminzalik.urusan tentang keTuhanan dan keimanan hanya Tuhan yang tau, hambanya cuma bisa saling menghakimi.

seorang kenalan saya dahulu meninggal, katanya karena pendarahan. yang cek percek yang saya ketahui belakangan dari teman dekatnya, si gadis sempat aborsi, namun karena ketakutan, saya yakin ini bukan perkara ketuhanan, tapi karena masyarakat yang menuhankan diri bakal menjudgenya sebagai lacur, maka dia memilih diam sampai dokter kelimpungan untuk mengambil tindakan apa hingga akhirnya dia meninggal dalam diam.

sewaktu kecil, setiap september, selalu disiarkan film G 30S. nenek saya punya rumah yang lumayan bisa menampung banyak orang. merupakan satu dari segelintir orang yang punya tivi pertama di kampung. maka berjubelanlah tetangga dengan tegang, saya tak pernah kuat menonton hingga selesai, namun yang saya tangkap dari perbincangan orang-orang. itu film tentang ateis yang membantai tujuh jendral. sebuah kebohongan yang diperkuat oleh buku-buku sejarah di sekolah. dan silahkan tebak,apa yang membuatya jadi sedemikan menarik, sebab agama,ketuhanan. hingga paham komunis selalu dikerabatkan dengan ateis

saya punya kenalan yang gemar ke mesjid, ibadah sering, tiap hari jumat selalu tak lupa tulis status "jumat berkah" sebelum ke mesjid.suatu ketika bertanya padaku," eh, itu yang kamu gencar-gencar kabarkan di facebookmu apa? apa hubungannya dengan kamu? dibayar berapa sih? alah, saya sudah lewat yang begitu, saya ini sudah mengadvokasi orang dari sabang sampe merauke", hati saya panas, saya dengan seganjil keterbatasan fisik, yang di masukkan dalam tim media waktu itu, bahkan tidak masuk saja pasti saya akan lakukan hal yang sama, menyebar info seluas-luasnya tentang penjahat bersorban,penjahat bertopeng dewa. jika dahulu saling perduli hanya ditekankan pada tetangga saja bisa jadi karena keterbatasa informasi, maka d era informatika yang semua informasi bisa diakses dengan mudah ini, harusnya menembus kata tetangga dan kenalan."orang yang tak bergetar hatinya melihat pelanggaran HAM di mana-mana adalah orang yang batu hatinya". (ini bukan firman)

atau, oh iya, para haji yang pergi haji karena hasil menipu orang-orang kecil disekitarnya tapi justru di eluk-elukkan di kampung. atau pelaggaran HAM oleh FPI, fatwa ngadol-ngidul dari MUI,apa coba?

baiklah, jangan singgung soal agama, itu datang dari pribadi. maka bukankah semua pribadi yang kau hakimi juga berhak berkata bahwa jangan singgung soal agama?bahwa ketuhanan dan keimanan adalah urusan tuhan? tak seorangpun pernah ke neraka, maka berhentilah melist daftar penghuninya, toh tuhan tak suka di dahului. periksalah setiap yang hadir kehadapanmu jika makanan beracun tak diperiksa,langsung mematikanmu, maka keyakinan yang fanatik tanpa di periksa akan membuatmu serupa zombi.

jika demikian,sayapun menolak keyakinanku di agamakan lalu di lembagakan, kemudian mengikut institut,partai, dan segala tetek-bengek yang bermakna pengotakan.bukankah masing-masing agama merasa yang paling benar?

nb; -tepake nu sarani = perilaku nasrani

0 komentar:

Posting Komentar