Rabu, 22 April 2015

Surat kepada pria pecinta alam yang terilhami sosok Gie





Menjumpaimu yang akhirnya malam minggu kemarin  menembakku!
 aku bingung, harus dialamatkan kemana surat ini, sebab aku tahu bahwa kau tak bisa bertahan begitu lama di sebuah tempat. laut dan gunung selalu memanggil-manggilmu untuk menemuinya, menghindari krasak-krusuk para pendemo BBM yang sering kau nyinyiri itu. Hal itulah kemudian yang membuatku mempertimbngkan pinanganmu kemarin untuk mejadi pacarmu. Aku takut kesepian dimalam-malam minggu  yang akan datang sementara orang   lain asyik beryang-yangan.

Kepadamu pria PA yang mencari-cari alam di ketinggian gunung, di kedalaman laut!
Terus terang aku nyaris saja berkata “iya” malam itu.tapi  Ah,. Kau mendua bahkan sebelum kita berdua-an. Mungkin kau adalah penganut ajaran yang sering di anjurkan bang ipul, poligami. meski kesannya terlalu keterlaluan menyamakan obsesimu untuk mengeksplorasi alam yang kau cintai sebagai bentuk poligami hanya karena tembakanmu kepadaku kemarin malam. Ah, Sudahlah!

seharusnya mungkin aku berbahagia karena dengan begitu bisa berbagi rasa sekaligus mencari tahu apa yang kau sukai dan tidak lewat alam, kekasih pertamamu. aku sudah katakan bukan? Aku nyaris, nyaris saja berkata “iya”. Tapi keragu-raguan tetiba datang, apakah mungkin dikarenakan cinta itu buta hingga tak kau sadari tanah yang kau pijak, dimanapun adalah alam? Hingga perlulah kau mencari-carinya di ketnggian gunung dan dikedalaman laut. Sebegitu butakah cintamu hingga kau tak mengenali yang kau cintai?kau menghafal alam digunung dan laut, dan kau tak paham pada alam yang ternyata adalah keseluruhan tempatmu berpijak dan berpaling,tempatmu hidup! Maka Berkaca dari perlakuanmu pada kekasih pertamamu yang kau sebut alam, aku berkesimpulan bahwa kau sendiri tak paham atas ucapanmu tentang cinta.

Ada pepatah usang yang berbunyi “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”.  Apa kau tak kenali bahwa kamar kosmu dibangun di atas alam? aku harus menahan rasa ketika terpaksa menyusulmu dimalam minggu yang lalu dan mendapati kamarmu tak berpenghuni, kata tetangga kamarmu yang berkumis tipis itu, terakhir kali dia melihatmu, kau memunggungi tas ransel besar dan mengenakan sepatu gunung merek terkenalmu itu. Oh, mungkin dia pergi menemui alam, selaku seketika. Padahal malam itu aku nyaris saja mendahului tembakanmu dengan menembakmu.

Ditengah carut-marutnya dunia perpolitikan saat ini, ternyata kau kembali memilih naik gunung seperti yang dilakukan oleh gie, katamu. Seorang yang mengilhamimu naik gunung untuk jauh dari dunia perpolitikan yang katamu memusingkan. Atau kalau tidak demikian, maka kau akan sibuk mencari sepatu gunung dan ransel merek terkenal yang membuatmu serasa dikuatkan karaktermu sebagai pecinta alam.

Aku sedang meminum segelas susu ketika menulis surat ini. Mungkin kau sedang mendengarkan lagu-lagu soundtrek film Gie yang kau gilai itu. Katamu lagu itu begitu meracuni pikiranmu sebagai seorang pecinta alam. Kau sangat menyukai salah satu soundtrack film itu, puisi cahaya bulan , karena liriknya begitu mewakili perasaanmu saat ini;

“Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku”

Kepadamu pria PA yang mencari-cari alam di ketinggian gunung, di kedalaman laut!
Kemarin, berhektar-hektar lahan petani di takalar dibakar oleh PTPN. Sementara itu Berbulan-bulan sudah ibu-ibu dirembang berjuang mempertahankan tanahnya dari Pabrik Semen, masih banyak lagi, sangat banyak dan belum usai semua masalah itu hingga kini. .lihat,bagaimana politik lingkungan berjalan!

Apa kau akan terus  menari-cari alam di ketinggian gunung dan kedalaman lautan? Sementara para korporat merenggut alam tempatmu hidup satu persatu dan birokrat justru memberi pelumas yang memuluskan jalannya, ya, satu persatu, hari ini di rembang, di takalar, besok lusa bisa jadi di tempat kosmu, di gunung-gunung yang ingin kau daki karena ternyata di di sana mengandung batu akik.

Seharusnya kau lebih banyak membaca buku dan melihat-lihat sejarah. ada baiknya kau tak melulu mendengar soundtrack film gie itu, tapi juga mengintip pemikiran-pemikirannya lewat buku-bukunya (Catatan Seorang Demonstran). Jangan meminjamnya dariku, karena aku tak  ingin merasa bodoh telah meminjamkannya ketika kau kemudian  memutuskan untuk tak mengembalikannya padaku. Diakhir surat ini, baiklah kusertakan kutipan dari bukunya;

 “Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia - manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

Dan jawabanku atas pertanyaanmu kemarin malam;
 “ya, aku ingin menawarkanmu segelas susu sambil membenarkan letak sangkaanmu tentang alam semesta selama ini!”.

 *tulisan ini sengaja saya buat dengan versi dan gaya yang ringan, terinspirasi dari tulisan "Pecinta Alam ; Jangan Lupa Sejarah!" oleh Firman


0 komentar:

Posting Komentar